SEORANG guru itu memiliki peran wavepoolandgrill yang penting, tidak hanya sebagai pendidik, tapi juga sebagai pembentuk karakter moral siswa. Guru haruslah menjadi contoh pribadi yang mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai integritas seperti jujur, tanggung jawab, disiplin, dan lain-lain.
Integritas itu, secara sederhana, dimaknai bahwa antara hati, pikiran, dan apa yang kita kerjakan adalah sejalan. Makanya, dalam ungkapan bahasa Jawa, seorang guru itu: digugu lan ditiru—dipercaya dan diteladani.
Dalam membangun integritas siswa, hal pertama yang dilakukan ialah mulai dari diri kita sebagai guru. Kita harus berintegritas dulu, menjadi digugu lan ditiru yang saya sebut tadi. Karena, anak-anak akan melihat bagaimana guru itu berperilaku selama di sekolah.
Dan, tentunya, kerja sama dengan orangtua dan masyarakat sekitar juga penting. Bagaimana pun orangtua sebagai pendidik pertama bagi anak-anak. Jadi, perlu ada kerja sama. Orangtua harus sama-sama memahami pentingnya nilai integritas, biar kita berhasil menjadikan anak-anak kita menjadi pribadi berintegritas..
Proses menuju pribadi yang berintegritas itu, tak bisa berjalan instan, kita harus pelan-pelan memberikan pendidikan; setidaknya kita kenalkan sembilan nilai antikorupsi—jujur, mandiri, tanggung jawab, berani, sederhana, peduli, disiplin, adil, dan kerja keras (Jumat Bersepeda KK)—kepada anak-anak. Saya juga menanamkan hal itu kepada anak saya.
Kejujuran adalah hal utama yang saya minta. Saya tidak ingin anak saya dapat nilai bagus, tapi melalui perilaku yang tidak jujur. “Silakan kalian belajar apa yang sudah ibu berikan, silakan kalian pelajari, kalau nantinya nilai kalian jelek, tapi kamu jujur, saya akan menilai dengan kejujuran kamu itu.” Begitu yang saya tekankan kepada anak-anak saya.
Di sisi lain, anak-anak juga harus memunyai rasa tanggung jawab kepada apa yang telah dia lakukan. Integritas adalah landasan anak-anak didik kita untuk masa depan.