Mengundang Lapar Lewat Porsi Besar
Saat memilih makan di luar rumah, tidak benar satu perihal pertama yang kerap jadi pertanyaan sebelum akan memesan adalah seberapa besar porsi makanan read more yang disajikan. Tapi, jika berkata soal ‘porsi normal’, tidak tersedia ukuran standar di semua dunia.
Dengan kata lain, porsi normal di satu negara, dapat jadi berlainan bersama dengan negara lainnya. Ambil contoh, porsi normal di negara-negara Barat seperti Eropa dan Amerika, berlainan jauh bersama dengan porsi normal di negara Timur atau Asia. Umumnya, standar yang berlaku, ukuran Barat umumnya dua kali ukuran Timur.
Meskipun demikian, bila dirunut berasal dari catatan sejarah, ternyata porsi makan manusia tetap makin tambah seiring berjalannya waktu. Ini dapat dibuktikan bersama dengan kunjungan ke toko antik atau museum.
Di masa lalu, manusia makan memanfaatkan piring dan mangkuk kecil. Wadah makanan berukuran besar, kebanyakan digunakan sebagai daerah saji untuk keluarga.
Sekarang, memandang piring berukuran lebar di meja makan, bukan ulang perihal yang aneh. Begitu pun bersama dengan gelas yang besar.
Dari sisi estetika, ukuran piranti makan yang berubah makin lebar, seharusnya tidak selamanya artinya porsi makan juga ikut bertambah. Tapi, faktanya, itu yang terjadi.
“Ibarat mengisi ember lebih besar bersama dengan air yang lebih banyak, begitu juga bersama dengan piranti makan. Semakin besar piring, makin banyak manusia makan,” ujar Wansink yang berprofesi sebagai psikolog.
Memang, Wansink mengatakan perihal tersebut tidak keluar seperti kasus besar. Dengan kata lain, manusia terasa konsumsi makanan didalam kuantitas yang tidak cukup lebih sama. Tapi, bukan itu yang terjadi.
“Itu disebut ilusi ukuran,” kata Wansink. “Banyak orang yang terasa kuantitas konsumsi mereka selamanya sama, tidak hiraukan ukuran piranti makan, kenyataannya, mereka makan lebih banyak.”
Senada bersama dengan temuan Wansink, belajar lintas budaya yang dilakukan bersama dengan mengambil alih sampel berasal dari berbagai kota besar di dunia, menyatakan bahwa semua orang dapat makan jauh lebih banyak, bila makanan disajikan didalam porsi besar.
Sifat Alami Manusia
Ahli nutrisi Marion Nestle mengungkapkan, fenomena soal porsi jumbo dan masyarakat modern dapat dianalogikan bersama dengan kisah Alice in Wonderland.
“Sudah jadi cii-ciri alami manusia untuk makan lebih banyak bila disajikan porsi yang lebih besar,” kata dia.
Sudah jadi cii-ciri alami manusia untuk makan lebih banyak bila disajikan porsi yang lebih besar,” kata dia.
Sayangnya, cii-ciri alami ini berkelanjutan didorong bahkan dirayakan oleh industri makanan dan pengusaha restoran. Bukan ulang perihal yang aneh memandang burger jumbo, sosis raksasa dan hot dog ekstra besar. Malah, perihal ini jadi euforia tersendiri bagi para fans makanan.
Menghabiskan satu porsi besar makanan jadi tantangan baru bagi masyarakat urban.
Laporan itu juga mengatakan bahwa manusia modern punya kebiasaan bersama dengan ‘unit bias’ yang menghitung satu porsi sebagai satuan makanan, tanpa mempedulikan kalori ataupun ukuran.
Sederhananya, bakso jumbo bersama dengan potongan daging dan telur di dalamnya, hanya dapat dihitung sebagai ‘satu mangkuk bakso’ dan bukan makanan berharga 2500 kalori. Padahal, 2500 kalori adalah kuantitas kalori yang diperlukan manusia dewasa didalam sehari. Semua tersedia di satu mangkuk bakso.